Mengganti Patung, Menghidupkan Nilai: Tafsir Baru Semangat Imam Bonjol Melalui KODAM di Ranah Minang

*Oleh: Dede Kurnia Esysa, S.Kom
 
Kehadiran Komando Daerah Militer Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat, tidak hanya sekadar fenomena administratif dalam sistematika pertahanan negara. Ini merupakan representasi kekuatan yang menyentuh akar sejarah, budaya, serta semangat perjuangan yang mendasar masyarakat Minangkabau.

Dalam nama besar Tuanku Imam Bonjol tersimpan makna sakral tentang keberanian, kemandirian, keimanan, dan nasionalisme yang lahir dari tanah Minangkabau.

Berdirinya KODAM di Sumatera Barat merupakan respon atas upaya efisiensi dan kebutuhan strategis pertahanan wilayah Sumatera bagian tengah. Wilayah yang sebelumnya berada di bawah naungan KODAM I Bukit Barisan ini dirasa perlu mendirikan benteng pertahanan sendiri dalam paham patriotis Tuanku Imam Bonjol.

Secara geografis dan histori, Sumatera Barat kuat dalam hal topografi maupun semangat perjuangan yang dikenal gigih dalam upaya mempertahankan kedaulatan dan martabat bangsa.

Adanya KODAM di Sumatera barat bukan hanya perihal struktur militer, tetapi bahwa negara benar mengakui historis perjuangan masyarakat Minangkabau dalam upaya pertahanan negara. Denyut nadi sejarah yang sempat bisu, seakan berdegup kembali di jantung tanah Minang.
 
KODAM: Terpatri Nama Tuanku Imam Bonjol

Penamaan KODAM Tuanku Imam Bonjol memerlukan pertimbangan mendalam. Sebab Tuanku Imam Bonjol bukan sekadar pahlawan lokal, beliau adalah simbol perjuangan masyarakat Minangkabau, yang perjuangannya melampaui batas etnis dan geografis. Tokoh perjuangan yang menolak tunduk pada kolonialisme, teguh melawan penindasan, dan ulama yang tegak dengan nilai agama dan perjuangan sosial.

Perjuangannya tidak hanya bertumpu pada senjata, melainkan pada moral dan etika, iman, serta keberanian melawan ketidakadilan. Maka, penamaan KODAM ini merupakan pengingat bahwa perjuangan dan kegigihan adalah fondasi utama dalam upaya pertahanan negara.

Tuanku Imam Bonjol bukan sosok yang lahir dari ambisi pribadi. Ia simbol keberanian yang tumbuh dari keresahana sosial dan keteguhan iman yang hakiki. Dalam Perang Paderi, ia menunjukan bahwa perjuangan tidak hanya sekadar perang senjata, tetapi tentang mempertahankan nilai moral dan martabat bangsa.

Keteguhan tersebut membuatnya harus berpisah dengan kampung halaman. Ia menjadi korban politik adu domba juga tipu daya para penjajah dan pengkhianat bangsa. Sehingga ia terbuang dari tanah kelahiran. Menjalani pengasingan di beberapa daerah di Indonesia.

Dari Cianjur, Ambon, kemudian menjalani sisa hidupnya di Minahasa. Hingga kini, 160 tahun sudah jasadnya terbaring di tanah Sulawesi. Perjuangannya tetap dikenang sebagai lambang keteguhan dan semangat perjuangan yang tak pernah padam.

Di zaman yang serba canggih dan pragmatis, semangat Tuanku Imam Bonjol seolah menggelora kembali. Bukan sebagai prajurit perang, tetapi sebagai simbol nilai moral yang kian pudar, integritas, dan kesetiaan pada kebenaran.
 
Makna Kehadiran KODAM Tuanku Imam Bonjol

Kehadiran KODAM di Sumatera Barat bukan sekadar memperkuat pertahanan regional, tetapi mempertegas pemahaman bahwa semangat perjuangan lokal mampu menjadi inspirasi nasional. Memberi ruang sejarah untuk bicara lantang kembali, bagi generasi muda bahwa cinta tanah air bukan hanya teriak “merdeka!”, tetapi diwujudkan dalam sikap jujur, disiplin, dan pengabdian.

Di samping itu, hal ini hendaknya juga menjadi momentum refleksi. Apakah benar semangat Imam Bonjol masih hidup dalam diri kita? Apakah nilai-nilai perjuangannya hanya berhenti di papan nama markas, atau benar diaplikasikan dalam kebijakan dan tindakan nyata?
 
Perlu adanya penyesuaian simbol dan akar lokalitas, di samping mengedepankan sinyal-sinyal dan atribut perjuangan. Langkah mengganti patung Jenderal Sudirman di depan KODAM menjadi patung Tuanku Imam Bonjol patut menjadi perhatian. Langkah ini baiknya dimaknai bukan sebagai penggantian, melainkan penyesuaian konteks dan prestise tokoh perjuangan. Sebab ini bukan semata tentang dekorasi atau estetika, melainkan perihal pemberian rasa hormat, identitas, dan peneguhan nilai sejarah di tanah kelahiran seorang pahlawan.

Patung Sudirman akan lebih baik bila dipindahkan ke dalam gedung KODAM. Hal ini akan memberi penghormatan yang lebih layak kepada Jenderal Sudirman sebagai figur militer yang menjadi manifestasi semangat juang TNI secara universal, keikhlasan, keteguhan, dan kepemimpinan dalam perang kemerdekaan. Di dalam gedung, patung Sudirman menjadi figur yang dijaga, bukan hanya dipajang. Ditempatkan di posisi yang lebih sakral dan reflektif.

Sementara, keberadaan patung Imam Bonjol di halaman depan KODAM menjadi representasi semangat perjuangan masyarakat Minangkabau yang kembali membara. Bahwa kedaulatan Indonesia tumbuh dari darah perjuangan setiap suku dan daerah. Maknanya, langkah ini bukan untuk “menghapus simbol lama”, namun restrukturisasi simbol perjuangan. Agar Sudirman dan Imam Bonjol berada dalam ruang penghormatan masing-masing. Akhirnya, keputusan ini semakin menguatkan penamaan KODAM Tuanku Imam Bonjol.
 
Menyalakan Kembali Semangat Juang di Era Modern

KODAM Tuanku Imam Bonjol hadir bukan sekadar institusi pertahanan di Sumatera Barat, tetapi juga semangat kebangkitan. Penggantian simbol hendaknya tidak berhenti di tatanan fisik saja. Terpenting ialah bagaimana nilai-nilai perjuangan Imam Bonjol dan Sudirman benar-benar terealisasi di dalam konstelasi TNI dan masyarakat. Kehadiran patung Imam Bonjol di depan KODAM hendaknya menjadi pemantik kesadaran, agar semangat dan cinta tanah air tidak semata sebagai nostalgia kemerdekaan. Namun, sebagai panduan moral bagi generasi muda dalam bertindak.

Dalam konteks yang lebih jauh, dengan hadirnya KODAM Tuanku Imam Bonjol diharapkan dapat menyentuh sisi kultural dan sosial masyarakat. Melibatkan generasi muda dalam kegiatan pendidikan karakter, bela negara, hingga pelestarian sejarah. Sebab tugas mempertahankan negara adalah tanggungjawab setiap elemen masyarakat.

*Kader DPC GMNI Pasaman

Baca Juga

Mayjen Arief Gajah Mada Resmi Jadi Pangdam XX/Tuanku Imam Bonjol, Berikut Profilnya
Mayjen Arief Gajah Mada Resmi Jadi Pangdam XX/Tuanku Imam Bonjol, Berikut Profilnya
Mayor Jenderal Arief Gajah Mada yang akan dlantikan menjadi Pangdam XX/Tuanku Imam Bonjol
TNI Bakal Resmikan Kodam XX/Tuanku Imam Bonjol, Naungi Sumbar dan Jambi
Gerakan Padri dan Peranan Tokoh Tiga Haji
Gerakan Padri dan Peranan Tokoh Tiga Haji
Berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Wagub Sumbar Audy Joinaldy berziarah ke makam Tuanku Imam Bonjol di Minahasa, Sulawesi Utara.
Makam Tuanku Imam Bonjol di Minahasa Sulawesi Utara Bakal Dipugar
Berita Pasaman - berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Promosikan Pasaman, Audy bakal buat video animasi Sejarah Tuanku Imam Bonjol.
Promosikan Pasaman, Audy Joinaldy Janji Buat Video Animasi Sejarah Tuanku Imam Bonjol
Dirjen Kebudayaan Indonesia Dukung Rehabilitasi Situs Budaya di Sumbar
Dirjen Kebudayaan Indonesia Dukung Rehabilitasi Situs Budaya di Sumbar