Masuki Puncak Musim Kemarau, Mengapa Sumbar Dilanda Hujan Lebat?

Sejumlah daerah di Sumatra Barat (Sumbar) berpotensi diguyur hujan lebat disertai angin kencang dan petir pada tiga hari ke depan,

Ilustrasi hujan. [foto: canva.com]

Langgam.id - Sumatra Barat khususnya daerah yang berada di pesisir pantai pada Kamis (13/07/2023) hingga Jumat (14/07/2023) diguyur hujan lebat. Hujan ini menyebabkan beberapa kabupaten dan kota dilanda banjir dan tanah longsor.

Padahal, berdasarkan keterangan situs resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Pulau Sumatra pada Juli ini memasuki puncak musim kemarau. Kenapa bisa terjadi hujan lebat dengan intensitas tinggi di Sumbar bagian pesisir?

Kepala BMKG Kelas II Minangkabau Padang Pariaman, Desindra Deddy Kurniawan, kepada Langgam.id menjelaskan, bahwa Sumbar berada di area non Zona Musim (ZOM). Khususnya daerah pesisir seperti Padang, Pariaman, dan Pesisir Selatan.

Akibat berada di luar wilayah zona musim atau Non-ZOM, daerah-daerah ini hanya mengenal satu musim. Yakni musim hujan. Konsekuensinya kata Desindra, akan terjadi hujan sepanjang tahun di beberapa wilayah Sumbar.

Dikutip dari situs resmi BMKG, Zona Musim adalah daerah yang pola hujan rata-atanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan. Sedangkan daerah-daerah yang pola hujan rata-ratanya tidak memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan, disebut daerah Non ZOM.

Dikutip dari situs yang sama, puncak musim kemarau 2023 di sebagian besar wilayah Sumatra diprakirakan terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2023. Jika merujuk riset BMKG tersebut, bisa dikatakan hujan lebat yang terjadi beberapa waktu ini di Padang, berbeda sendiri.

Desindra menjelaskan, daerah pesisir Sumbar juga tidak ikut terpengaruh fenomena cuaca global. Seperti La Nina atau El Nino. Yakni peristiwa perubahan suhu laut yang menyebabkan suatu wilayah akan mengalami musim hujan atau kemarau.

Ia menuturkan hujan yang terjadi di Sumatra Barat lebih dikarenakan faktor lokal. Faktor-faktor lokal yang ada ini mengakibatkan belokan terhadap angin muson timur dari benua Australia. Padahal periode datangnya angin muson timur ini adalah penyebab beberapa wilayah di Indonesia mengalami musim kemarau.

Berdasarkan pencitraan BMKG ucap Desindra, kemungkinan masih akan ada hujan lebat dalam beberapa minggu kedepan. Hanya saja, hujan dengan intensitas setinggi kemarin kemungkinan tidak akan terjadi lagi.

"Himbauan kepada masyarakat, terutama yang di bantaran sungai atau daerah dataran rendah, utamanya di perkotaan agar waspada terkait dengan fenomena cuaca seperti yang terjadi hari ini," ucap Desindra via telpon, Jum'at (14/07/2023).

Sebab, terangnya, peluang terjadinya banjir kedepan masih terbuka cukup tinggi. Ia meminta masyarakat untuk tetap waspada. (yki)

Baca Juga

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem di Sumbar
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem di Sumbar
Penasihat tim Semen Padang FC Andre Rosiade resmi didaftarkan sebagai voter atau delegasi dari Semen Padang FC untuk Kongres PSSI 2025
Semen Padang FC Kembali Kalah, Andre Rosiade: Almeida Out
Semen Padang FC tertinggal 0-1 dari tamunya, Bali United pada babak pertama dalam laga pekan ketujuh Liga Super
Kabau Sirah Boyong 20 Pemain Lawatan ke Markas Persita Tangerang
Berita Padang - berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Para pedagang toko Pasar Raya Padang mengaku usaha mereka dibunuh Perwako 438.
Pemprov Sumbar Umbar Capaian Ekonomi, Pengamat: Jangan Silau dengan Angka-angka
Banjir yang melanda satu kecamatan di Kabupaten Solok Agustus tahun lalu.
Peringatan Dini Cuaca Ekstrem, Pemprov Sumbar Tetapkan Status Siaga Darurat
Harga Cabai Merah Sentuh Rp90 Ribu per Kg
Harga Cabai Merah Sentuh Rp90 Ribu per Kg